Minggu, 16 November 2008
pembinaan peningkatan minat baca siswa
Rabu, 22 Oktober 2008
Serah Terima Kepala SMP Negeri 4 Mandastana
tidak hanya para kepala sekolah yang mengalami penyegaran, akan tetapi para tenaga pengajar di lingkungan SMP Negeri 4 Mandastana pun mendapatkan Kenaikan Pangkat terdiri dari 6 orang naik menjadi golongan IIId dan satu orang golongan IIIc, kami ucapkan selamat dan sukses, semoga kenaikan pangkat ini menjadi motivasi untuk meningkatkan kreativitas dan semangat kerja yang tinggi
Kami warga SMP Negeri 4 Mandastana Mengucapkan Selamat Menempati sekolah yang baru
Selamat atas kenaikan pangkat kepada
Bapak Riduan, S.Pd, Bapak Sugeng Hadi S, S.Pd, Ibu Tanidah, S.Pd,
Ibu Sri Nor Lestari, S.Pd, Ibu Marwiyani, S.Pd dan Bapak Muhammad lig, S.Pd
SEMOGA TEMPAT TUGAS YANG BARU
DAN KENAIKAN PANGKAT
MENJADI MOTIVASI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA
DI SMP NEGERI 4 MANDASTANA
Rabu, 17 September 2008
Ramadhan
Jumat, 04 April 2008
Karakter sebuah Kecerdasan
Agar kita tidak tertuju pada sebuah permasalahan tentang konsep kecerdasan maka ada baiknya kita mengenal beberapa kecerdasan yang dikemukakan, pengetahuan tentang kecerdasan ini sangatlah penting bagi orang tua dan tenaga pendidikan agar dia tidak menghakimi sebagai anak yang tidak pintar, karean hanya melihat anak dari segi pengetahuan yang merupakan salah satu tolak ukur dunia pendidikan yang hanya diselesaikan dalam waktu 90 menit untuk sebuah masa depan anak bangsa. berikut ini kecerdasan menurut pendapat beberapa mereka yaitu ;
Kecerdasan yang kita kenal selama ini ada tiga yaitu
Kecerdasan Intelegensi IQ (Intellegence Quotient) yang diperkenalkan oleh Wilhem
Kecerdasan Emosi EQ (Emotional Quotient) yang diperkenalkan oleh Daniel G
Kecerdasan Spritual SQ (Spritual Quotient) yang dipopulerkan Danah Zohar
Akan tetapi kitab suci Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa manusia memiliki tujuh kecerdasan yaitu :
Kecerdasan Spritual SQ
Kecerdasan Intelegensi IQ
Kecerdasan Emosional EQ
Kecerdasan Visi VQ
Kecerdasan Organisasi OQ
Kecerdasan Kepemimpinan LQ
Kecerdasan Sosial RQ (Relationship Quotient)
Kenyataan ini mempertegas bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk (multiliple Intelligence) ; Rajendra Kartawira
Melihat dari perkembangan kehidupan manusia kecerdasan manusia dapat dibedakan menjadi sebelas (Ika Graha) yaitu ;
Kecerdasan Spritual SQ
Kecerdasan Intelegensi IQ
Kecerdasan Psikomotor PQ
Kecerdasan Emosional EQ
Kecerdasan Verbal VQ
Kecerdasan Sosial RQ
Kecerdasan Organisasi OQ
Kecerdasan Kepemimpinan LQ
Kecerdasan Budi Pekerti / Moral MQ
Kecerdasan Seni AQ
Kecerdasan Kreatifitas KQ
Manusia / anak yang sejak dilahirkan memiliki karakteristik tersediri, tak terkecuali anak kembar, mereka memiliki spesifikasi dan potensi yang berbeda, dan itu merupakan potensi yang harus dikembangkan.
Seorang anak tidak bisa dikatakan bodoh apabila dia tidak memiliki kemampuan diatas rata-rata intelegensi, akan tetapi dia memiliki kemampuan psikomotor ataupun verbal, karena masing-masing anak memiliki karakter tersendiri.
Kecenderungan orang tua berpikir pada pola paradigma lama, dimana apabila anak tidak memiliki kemampuan secara intelegensi anak tersebut bisa dikatan bodoh, padalah biasa aja dia memiliki kecerdasan social, kita jangan terkungkung dengan berbagai metode yang tidak focus pada suatu bidang, akan tetapi kita perlu melihat anak dari bakat yang lahir dari karakteristik anak itu sendiri.
Manusia adalah merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT.
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kalau kaum itu sendiri tidak berusaha untuk merubahnya
Kamis, 27 Maret 2008
MANUSIA MERUPAKAN PRIBADI YANG UNIK
kepribadian
Istilah kepribadian (personality) sesungguhnya banyak memiliki arti. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan didalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya. Kiranya patut diakui bahwa diantara para ahli psikologi belum ada kesepakatan tentang arti dan defenisi kepribadian itu. Boleh dikatakan jumlahnya sebanyak ahli yang mencoba menafsirkannya.pembahasan kita tentang arti kepribadian akan dimulai dengan membahas pengertian kepribadian menurut orang awam atau pengertian kepribadian yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan maksud mempermudah pemahaman kita tentang arti kepribadian yang sesungguhnya menurut pengertian ilmiah (psikologi)
- Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Kata personality dari bahasa inggris yang berasal dari kata latin “ persona” yang biasa diartikan sebagai topeng pada pemain sandiwara dalam memainkan peranan-peranannya. Pada waktu itu setiap pemain memainkan perannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkahlaku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari biasa kita temui pengertian ini melalui ungkapan-ungkapan seperti : “ didi berkepribadian pahlawan” atau “ dewi memiliki kepribadian kartini sejati”
Disamping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Contohnya kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “kepribadian pemalu” kepada orang yang supel dikenakan atribut “ berkepribadian supel” dan kepada orang yang suka bertindak keras dikenakan atribut “ berkepribadian keras” selain itu bahkan sering pula dijumpai ungkapan atau sebutan “tidak berkepribadian”
Dari uraian tersebut bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian menurut pengertian sehari-hari, menunjukan kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lain. Pengertian seperti ini mmudah dimengerti dan karena juga mudah dipergunakan. Tetapi sayangnya pengertian yang mudah dan luas pengertian ini dianggap lemah dan tidak bisa menerangkan arti kepribadian yang sesungguhnya, sebab pengertian disini hanya menunjuk terbatas kepada ciri-ciri yang dapat diamati saja, dan mengabaikan kemungkinan ciri-ciri ini bisa berubah tergantung kepada situasi keliling. Tambahan itu lemah disebabkan oleh sifatnya yang evaluatif (menilai) bagaimanapun kepribadian itu pada dasarnya tidak bisa dinilai “ baik atau buruk” (netral) dan para ahli psikologi selalu menghindarkan penilaian atas kepribadian.
- Kepribadian menurut psikologi
Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian yang terkemuka. George Kelly, misalnya, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Teoris yang lain, Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai "sesuatu" yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan." Tepatnya rumusan Allport tentang kepribadian adalah: "Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas." Allport menggunakan istilah 'sistem psikofisik' dengan maksud menunjukkan bahwa "jiwa" dan "raga" manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku., Sedangkan istilah "khan" dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, dan karenanya tidak akan ada dua orang pun yang bertingkah laku sama. Sementara itu Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut. (Ulasan selengkapnya mengenai teori kepribadian Freud akan dijumpai dalam bab selanjutnya.)
Sungguhpun berbeda-beda, batasan-batasan kepribadian yang dirumuskan oleh beberapa teoris kepribadian tersebut di atas telah dapat menunjukkan bahwa pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psiko logi adalah berbeda dan jauh lebih luas daripada pengertian kepribadian yang biasa dijumpai dalam percakapan sehari-hari, baik dalam isi maupun dalam jangkauannya. Dan di balik perbedaan rumusannya, sebagian besar definisi atau batasan yang disusun oleh para teoris kepribadian memiliki beberapa persamaan yang mendasar, yakni:
a. Sebagian besar batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotetis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan perkataan lain, kepribadian dipandang sebagai "organisasi" yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku.
b. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah "kepribadian", keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan menjadi jelas atau dapat dipahami. Pendek kata, para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri setiap orang.
c. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut "sejarah hidup", perkembangan, dan perspektif. Kepribadian,• menurut para teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan perkataan lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan.
Jumat, 21 Maret 2008
Bimbingan dan Konseling
ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling dan diterapkan sesuai asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini dapat diterapkan sebagai berikut: "(1) Asas Kerahasiaan, (2) Asas Kesukarelaan, (3) Asas Keterbukaan, (4) Asas Kekinian, (5), Asas Kemandirian, (6) Asas Kegiatan. (7) Asas Kedinamisan, (8) Asas Keterpaduan, (9) Asas Kenormatifan, (10) Asas Keahlian, (11) Asas Ahlitangan, dan (12) Asas Tut Wuri Handayani", (Prayitno, 1983: 6-12).